Kamis, 15 Oktober 2009

Semua Demi Jaipong

MEDIO Februari 2009 lalu, kuping sejumlah seniman dan budayawan di Jawa Barat, khususnya Kota Bandung, dibuat panas. Mereka meradang dengan tersiarnya kabar Gubernur Jawa Barat H. Heryawan mengeluarkan larangan terhadap seni ibing jaipong karena adanya unsur "3G" (goyang, geol, dan gitek) ditampilkan di Jawa Barat.

Amarah seniman dan budayawan sedikit mereda dengan diadakannya pertemuan antara Gubernur Jabar H. Ahmad Heryawan, Ketua DPRD Jabar H.A.M. Ruslan, serta sejumlah tokoh seni dan budayawan Jabar. Namun, kemarahan kembali menyeruak ketika Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Tifatul Sembiring, mengeluarkan pernyataan yang menyebut sejarah jaipong berawal dari tempat-tempat maksiat dan jaipong adalah tarian erotis.

"Bercermin dari kasus jaipongan tersebut, kami merasa punya tanggung jawab meluruskan hal-hal yang keliru. Dengan adanya pernyataan seperti itu, setidaknya citra jaipongan di masyarakat menjadi kurang baik, padahal sebenarnya tidak demikian," ujar Mas Nanu Muda, S.Sen., M.Hum., salah seorang akademisi yang juga praktisi seni tari tradisi.

Dengan alasan itu pula, dipandang perlu adanya sebuah wadah dalam bentuk Komunitas Peduli Jaipong Jawa Barat (KPJJB). Menurut Mas Nanu, yang menjadi salah satu bidan bagi lahirnya KPJJB, pembentukan wadah tersebut merupakan bentuk kepedulian sejumlah seniman dan budayawan Sunda, tidak hanya terhadap seni ibing jaipongan dan tari secara umum, tetapi juga terhadap kondisi kesenian dan seniman Sunda (tradisi) secara keseluruhan saat ini.


"Memang KPJJB awalnya dibentuk sebagai bukti seni ibing jaipong masih eksis dan diterima masyarakat luas. Akan tetapi, di jajaran pengurus melihat kondisi seni dan budaya serta seniman dan budayawannya tidak ubahnya seperti anak ayam kehilangan induknya. Mereka diakui keberadaannya, tetapi tak ada yang peduli," ujar Mas Nanu.

Dalam usianya yang masih seumur jagung, KPJJB berkembang pesat. Tak hanya seniman dan budayawan Sunda, penari dan penyuka seni Sunda turut tergabung di dalamnya. Secara rutin mereka mengikuti kegiatan latihan bersama, diskusi, dan workshop.

Kegiatan workshop diselenggarakan di sejumlah sanggar seni, seperti di Kab. Purwakarta, Kota dan Kab. Bogor, Kota Cimahi dan Kab. Bandung Barat. Kegiatannya melibatkan seniman tari, musik (nayaga), pelukis, dan pemerhati dari berbagai akademisi. Demikian pula dengan diskusi yang digelar di Aula Redaksi Koran Sunda Galura, akhir bulan lalu yang disambung dengan Festival Tandang Ibing Jaipong bertempat di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat. "Meski uang penyelenggaraan hasil patungan para koreografer dan uang hasil pendaftaran, penyelenggaraan yang diikuti 260 peserta dapat berjalan lancar," ujar Mas Nanu.

Berdasarkan kesepakatan para pendiri KPJJB, menurut Mas Nanu, ditegaskan KPJJB ke depan akan menjadi sebuah komunitas independen yang peduli terhadap seni, khususnya seni tradisi dan para pelakunya. Namun, karena KPJJB juga beranggotakan para praktisi dan akademisi, serta masyarakat penyuka seni budaya, dalam setiap pertemuan, permasalahan budaya menjadi bahan pembicaraan. "Bahkan, kebijakan-kebijakan berikut kegiatan pemerintah yang berkenaan dengan seni budaya tak luput jadi bahan telaahan kami," ujar Sudrajat pemilik Sanggar Seni Fitria, Kota Cimahi, menambahkan.

Dikatakan Sudrajat, KPJJB lahir sebagai jawaban atas kegusaran dan bentuk keprihatinan sejumlah pelaku seni, khususnya tradisi terhadap kurangnya perhatian dan apresiasi terhadap warisan seni budaya bangsa. "Alih-alih memberikan perhatian yang terjadi, justru hanya memunculkan jargon-jargon," ujar pria yang akrab dipanggil Apih Ajat ini.

Menurut Apih Ajat, hingga saat ini masih timbul perdebatan antara kebudayaan, seni tradisi, dan agama. Kalangan seniman dan budayawan memiliki pandangan tersendiri tentang seni budaya. Mereka menganggapnya sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Sementara itu, kaum ulama juga punya pandangan tersendiri mengenai seni budaya.

Ia mencontohkan kasus jaipongan yang diadopsi Gugum Gumbira dari seni bajidoran dan dombret. Di satu sisi, terjadi proses adopsi dan penerimaan terhadap seni yang kemudian digandrungi masyarakat. Namun di sisi lain, sejumlah ulama memandang dari sisi agama, menganggap tarian tersebut kurang pantas karena terlalu menonjolkan unsur erotisme.

"Mungkin di sinilah posisi KPJJB. Kami akan berupaya memberikan pengertian, bukan menciptakan konflik dan membuat masalah baru," ujar Apih Ajat.

Sementara Gondo Gandamana lebih menginginkan kehadiran KPJJB sebagai komunitas independen yang menitikberatkan pada upaya-upaya pelestarian dan perhatian pada nasib dan kondisi para pelakunya (seniman). "Kita harus belajar banyak dari Yogya, Solo, dan Bali, bahkan sejumlah daerah di Kalimantan dan Sumatra. Di sana komunitas bersama pemerintah setempat bahu membahu melakukan upaya pelestarian terhadap seni budaya dan mengayomi senimannya," ujar Gondo yang lebih dikenal dengan sapaan Gondo Soulmate.

Untuk menjaring aspirasi dan mengakomodasi keinginan dari para seniman, budayawan, maupun masyarakat pencinta seni tradisi, di sejumlah daerah kota dan kabupaten dibuka sekretariat KPJJB. Di Kota Bandung, sekretariat terdapat di Padepokan Sekar Panggung (Ujungberung) dan Sanggar Rumingkang, Sanggar Fitria, Rengganis.

Sekretariat lainnya ada di Sanggar Dangiang (Kota Cimahi), Padepokan Kalang Kamuning dan Sanggar Surya Medal (Kab. Bandung Barat), Sanggar Arum (Kota Bogor), Sanggar Purna Yuda (Kab. Purwakarta), Sanggar Prameswari (Kab. Sukabumi) dan disejumlah kota serta kabupaten di Jawa Barat lainnya. (Retno HY/"PR")***

Sumber berita : http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=93863

Senin, 12 Oktober 2009

Putra Purna Yudha Menggeliat

PURWAKARTA- Sanggar Tari Putra Purna Yudha Purwakarta, mengukir banyak prestasi sepanjang eksistensinya dalam melestarikan kesenian sunda. Sanggar ini telah membawa harum nama Purwakarta di tingkat provinsi maupun nasional. Wajar jika Sanggar Putra Purna Yudha menjadi kebanggan masyarakat Purwakarta.

Beny Benyamin, Pimpinan Sanggar Putra Purna Yudha berdarah Sumatera ini, mengaku sangat mencintai budaya Sunda, khususnya Seni Tari Jaipongan. Menurutnya, tari jaipong adalah seni yang unik.

Kerja keras Beny sebagai pimpinan, Anita dan Gondo sebagai pelatih dan koreografer membuahkan hasil yang cukup membanggakan. Sanggar yang di kelolanya telah meraih sejumlah prestasi baik ditingkat lokal maupun nasional. Salah satunya pernah menjadi juara umum pada pemilihan Mojang Jaipong tahun 2007. Selain itu, prestasi yang diraih tingkat nasional tahun 2009 ini adalah juara pertama the best performance dan juara pertama kategori SD dan SMP di jakarta.

Selama ini, Sanggar yang didirikan oleh Letkol Infantri Umar Nafis yang menjabat sebagai komandan Kodim 0619 pada tahun 1990 ini terbukti menarik minat masyarakat. Dari tahun ke tahun, Sanggar Putra Purna Yudha selalu kebanjiran siswa binaan. Pada 2009 ini saja, sanggar ini mencatat sebanyak ratusan orang siswa. Siswa tersebut rata-rata terdiri dari usia pendidikan SD, SMP, dan SMA. Bahkan kalangan mahasiswa dan umum.

Sanggar Putra Purna Yudha memiliki tiga orang pengajar. Mereka adalah Anita Benyamin yang di kenal the Nita, Agus Gandamanah alias Gondo dan Beny Benyamin yang juga kerap membantu mengajarkan seni tari kepada para siswa binaannya.

Walaupun Beny bukan keturunan Sunda, namun dia menyukai kesenian khas Sunda. Dengan pengalaman pernah menjabat sebagai Koordinator Sosial dan Budaya Perhimpunan Pelajar Indonesia-Australia cabang Victoria periode 1995-1996. Lalu, Ia juga pernah menjadi ketua penyelenggara “Bhinneka Tunggal Ika“, serta berpartisipasi pada padepokan Putra Sunda dalam acara Jaipongan Award 2004.

Pelatih andalan di Sanggar Putra Purna Yudha adalah the Nita. Perempuan yang merupakan asli putra daerah Purwakarta ini memiliki karir di bidang Tari. Saat berusia 10 tahun, nita sudah menjadi seorang penari cilik yang kerap tampil dalam setiap even.

Tak hanya itu, ia yang juga seorang koreografer ini telah banyak menghasilkan karya-karyanya. Salah satu karyanya adalah pagelaran tari yang berjudul ramayana. Tari ini merupakan tari kolaborasi Indonesia dengan India. Anita di tunjuk sebagai calon pemuda pelopor bidang seni dan budaya 2009.

Satu pelatih lainnya yaitu Gondo. Ia hanya meniti karir di bidang seni sunda sejak tahun 1983. Karir Gondo bahkan sudah tingkat nasional dan internasional. Setelah memutuskan untuk menurunkan ilmunya kepada orang lain, kini Gondo sudah mendidik ratusan siswa. Bahkan banyak binaannya yang telah berhasil menjadi penari handal dan propesional. (frd)












PAMER KABISA. SEJUMLAH Murid binaanputra purna yudha sedang memamerkan 'kabisa' nya.

Source : Harian Pasundan Ekspres Edisi 16 Juni 2009


Kamis, 08 Oktober 2009

Utamakan Sistem Pewarisan

Ketiaadaan Penerus, Kesenian Tradisional Bisa Punah

BANDUNG, KOMPAS – Pelaku tari jaipong harus segera memerhatikan sistem pewarisan sejak dini. Alasannya, pelaku beberapa kesenian tradisional Jawa Barat kesulitan mempertahankan keberadaan kesenian tersebut karena kurang memerhatikan sistem pewarisan.

“Banyak pelaku beragam kesenian tradisional yang mempromosikan karya-karya nya ke berbagai acara dalam dan luar negeri. Namun ironisnya mereka mengesampingkan pewarisan karya nya,” Kata sesepuh tari tradisional Jabar, Mas Nanu Muds, di Bandung akhir pekan lalu.
Mas Nanu mengatakan, banyak pelaku kesenian tradisional tersebut karena kurang memerhatikan sistem pewarisan. Akibatnya, jumlah penerus karya yang berkualitas di kesenian tertentu sangat minim ketika pelaku yang lama tidak aktif lagi. Hal ini sangat berbahaya dan memprihatinkan. Sebab, bila tidak ada yang melanjutkan, kesenian itu akan punah.
Ia mencontohkan topeng Cirebon dan indramayu. Nama besar topeng Cirebon dan Indramayu, perlahan surut sepeninggal maestronya Sujana Arja dan Mimi rasinah. Selain itu, ada tari keurses yang ditinggalkan penciptanya Sambas Wirakusuma.
“Para pelaku tari jaipong hendaknya berpatokan pada teori seni super organik. Bila seorang pelakunya hilang, karya kesenian tetap ada karena banyak pewarisnya,”ujar Mas Nanu.
Menurut sastrawan dan penata musik tradisional sunda, Nano S, pewarisan adalah hal utama dalam keberadaan suatu kesenian. Tanpa pewarisan, karya terbaik apapun tidak akan langgeng dan di nikmati banyak orang. Karena itu, pelaku kesenian harus memperhatikan hal ini sebagai bagian identitas daerah sejak dini.
“Caranya, bisa melakukan pertunjukan atau festival. pelakunya harus siap di kritik agar bisa mendapatkan hasil terbaik,” kata Nano


Adakan Lomba
Ketua Komunitas Peduli Jaipongan Jabar (KPPJB) Gondo Gandamanah sependapat. Menurut dia, pewarisan yang benar bisa mengembangkan beragam bentuk hal baru. Hal ini di latar belakangi sejarah dan latar belakang masyarakat yang selalu dinamis.
KPPJB menyadari hal ini dan telah mewujudkan dalam acara Tandang adu kreasi Ibing Jaipong Jawa Barat di Taman Budaya Jabar, 6-8 Agustus. Acara ini di ikuti 220 peserta dari berbagai daerah di Jabar, seperti kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kabupaten Purwakarta.
“Kami sengaja memasukan Cantrik atau usia kurang dari lima tahun sebagai salah satu kelas yang di lombakan. Selama ini kelas cantrik jarang di lombakan karena di anggap tidak esensial. Padahal, dari kelas inilah waktu yang tepat memupuk bakat seorang penari,” kata Gondo.
Di kelas cantrik, Lintang Buana dari Sanggar Suryamedal kabupaten Bandung barat menjadi yang terbaik. Prestasi serupa kembali direbut Sanggar Suryamedal lewat Ratus di kelas Pemula.
Untuk kelas Madya, Nadia dari Sanggar Sekarpanggung Bandung, meraih yang terbaik. Di kelas utama, Kalangkangmuning Bandung menempatkan Resna Herdianti. Di kelas tunggal Putra, Rangga ari Sanggar Fitria Cimahi berhasil menyabet juara pertama.
Pada kelas Rampak Anak, Purwasetra dari Padepokan Putra Purnayudha Purwakarta menjadi yang terbaik. Gondo Art Production Bogor berhasil meramaikan persaingan setelah menyabet juara di kelas pasangan dan rampak remaja. (CHE)


Melestarikan tari jaipong antara lain dapat dilakukan dengan menggelar Tandang Adu Kreasi Ibing Jaipong Jawa Barat yang diadakan di Teater tertutup Taman Budaya Jabar, Bandung,Sabtu (8/8). Acara yahg di ikuti anak-anak dan orang dewasa ini di harapkan dapat mewujudkan masyarakat yang apresiatif terhadap seni jaipong.

Source : Harian Kompas, Edisi 10-Agustus-2009

Sanggar Putra Purnayudha Meretas Seni Sunda (habis)

Perlu Upaya Pelestarian yang Tak Kenal Henti
Pemkab Purwakarta cukup merespon pihak-pihak yang berupaya melestarikan budaya sunda. Sanggar-sanggar tari, merupakan salah satu upaya untuk merealisasikan upaya tersebut.
Beny menilai perkembangan seni budaya sunda, termasuk seni tari jaipongan mulai tumbuh kembang di purwakarta. Terlebih, bidang seni budaya mendapatkan dukungan penuh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Tak heran jika perkembangannya sudah mulai tampak dengan munculnya jumlah sanggar latihan seni.

Yang membanggakan, kiprah sanggar. Seni Putra Purnayudha mendapat dukungan dari berbagai pihak. Selain dari bupati dan wakil bupati, dukungan juga mengalir dari Dandim 0619 purwakarta.”Bahkan cucupak wakil bupati juga ikut latihan di sanggar kita. Kita tentu saja sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung sanggar kami.”ungkap beny.
Yeyet (24). adalah salah satu warga yang percaya bahwa seni tari di purwakarta akan mengalami perkembangan. Untuk itu, dia tak segan mempercayakan Sanggar Putra Purnayudha untuk membina dua anaknya, Dea (20) dan Ayunda (12).
Yeyet menuturkan, mengikuti latihan tari jaipong ini, akan memberikan dampak positif. Khususnya dalam menggairahkan minat warga purwakarta yang sudah banyak melupakan kesenian khas daerahnya sendiri.
“saya lihat di purwakarta jarang melihat anak-anak yang mau jaipongan atau berkecimpung pada seni sunda. Kebanyakan mereka lebih memilih musik produk luar seperti dance, band dan sebagainya. Jadi kalau orang sunda-nya sendiri tidak mau memajukan, ini memprihatinkan,” ujar yeyet.
Walaupun bukan dari keturunan seniman, yeyet mengaku sudah mencoba mengenal tari jaipongan kepada kedua putrinya itu sejak kecil. “Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan orang purwakarta-nya sendiri, lalu siapa yang harus di andalkan untuk melestarikan kesenian tradisional ini,” paparnya.(*)
TARI Masih banyak warga purwakarta menyukai seni tari jaipongan.

Source : Harian Pasundan Ekspres, Edisi 10-Juni-2009

Sanggar Putra Purnayudha Meretas Seni Sunda (2)

Mengandalkan Keindahan dan Kelenturan
Tari jaipong. Merupakan tarian tradisional yang mengandalkan keindahan dan kelenturan. Murid binaan Putra Purnayudha, tampak enak di pandang dan luwes saat membawakan tarian jaipongan. Eksistensi Sanggar Putra Purnayudha, juga telah mendulang banyak prestasi.

ANITA menjelaskan, prestasi yang sudah diraih sanggar miliknya, tak membuat dia puas. Untuk itu, dia terus akan mengembangkan seni tari jaipong modern di purwakarta. Sanggar Putra Purnayudha terus membuka untuk anak-anak yang memiliki keinginan untuk mendalami kesenian tradisional tersebut. Dalam waktu dekat ini, Putra Purnayudha yang berlokasi di perumahan panorama indah B 10 No 13 A kelurahan Ciseureuh Purwakarta ini, tengah mendidik ratusan anak.
“Masyarakat sangat antusias. Banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya ke sanggar kami. Mereka menginginkan anaknya memiliki kemampuan Tari Jaipong. Sehingga kita berupaya maksimal mendidik anak-anak, agar orang tua mereka bangga punya anaknya berprestasi,” jelas Beny.
Batas minimum murid didiknya rata-rata usianya setingkat siswa SD. Di usia itu, anak-anak masih mudah mencerna gerakan – gerakan yang di ajarkan oleh instruktur. Selain itu, siswa di usia tersebut memiliki tubuh yang masih lentur. Sehingga tidak sulit untuk menngajarkan Seni Tari Jaipong yang banyak mengandalkan gerakan tubuh ini. Di katakan Beny, selama latihan pihak-nya mengelompokan murid-murid nya yang terdiri dari 6 hingga 7 orang anak per grup.
Yang menjadi kendala dalam mengembangkan bakat murid didiknya, jelasss Beny, sanggar Seni Putra Purnayudha hingga kini belum memiliki gedung tempat latihan. Sehingga, pihaknya kini melatih muridnya di Pendopo Pemkab Purwakarta.
“Tadinya latihan dilaksanakan dirumah. Sekarang pak Bupati menyarankan kita untuk menggunakan Gedung Pendopo sebagai tempat latihan,“ terangnya.
Kendati begitu, Beny mengaku sudah merencanakan membangun gedung sanggar sendiri didekat areal Jalan Parapatan comro. Untuk itu ia berharap pihak pemerintah dapat membantu mewujudkan cita-citanya untuk mendirikan Gedung latihan Seni Tari Jaipong tersebut.(bersambung)

Source : Harian Pasundan Ekspres, Edisi 9-Juni-2009

Sanggar Putra Purnayudha Meretas Seni Sunda (Bag. 1)

Jaipongan Modern Kembali Dipopulerkan
Salah satu seni budaya sunda yang hingga kini terpelihara adalah tari jaipong. Buktinya banyak orang yang masih berminat mempelajari kesenian tradisional asal Jawa Barat ini.
KONON, tari jaipongan yang sempet di tunding sebagai tarian erotis, kini justru di gemari di Purwakarta. Para seniman sunda asal Purwakarta menciptakan tarian jaipong bernuansa modern. Sanggar Seni Putra Purnayudha, adalah sanggar yang masih berkonsentrasi untuk mempopulerkan kesenian tari jaipong modern. Sanggar yang di dirikan oleh Beny Benyamin ini sudah berhasil melanglang prestasi di dunia seni sunda. Sejumlah penghargaan tertinggi diraih sanggar seni ini. Bahkan, Putra Purnayudha pernah menjadi duta propinsi Jawa Barat dalam seni pelajar seni Jawa bali. Bukan usaha yang mudah untuk mencapai prestasi gemilang itu. Sanggar Putra purnayudha yang selalu didampingi oleh seorang pelatih, Anita Benyamin, mampu mencetak para murid nya sebagai seniman yang handal dan propesional. “Banyak murid kita yang sudah merah prestasi. Sampai sekarang para murid masih kita bina untuk meraih prestasinya,” kata Beny.
Sanggar Seni Putra Purnayudha mengelompokan para anak didiknya menjadi tiga grup anak usia SD dan dua grup anak SMP. Grup anak usia SD terdiri dari Grup Purnasetra, Purwaringkang, Purwakembar. Sedangkan grup anak usia SMP yaitu grup Purwabentang dan Purwatandang. Sementara saat ini Putra Purnayudha belum memiliki murid usia SMA.” Kalau anak usia SMA masa berlatihnya tidak lama. Setelah lulus sekolah, mereka pada berhenti berlatih” ujar Anita.

Dari lima grup yang sudah di bentuknya, tambah Anita, mereka menjadi sanggar andalan yang ia bina. Mereka kerap mengikuti pentas dalam setiap event apapun baik yang di selenggarakan di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.
“Dalam setiap event kita selalu meraih prestasi. Tak jarang juga murid-murid kita menjadi juara umum. Mereka berhasil mengalahkan daerah-daerah lain yang juga memiliki kemampuan seni yang cukup tinggi,” jelasnya. Di antara prestasi yang menjadi kebanggaan sanggar seni putra purnayudha adalah, Juara Umum Pasanggiri Jaipong Se Provinsi Jawa Barat selama dua tahun berturut-turut pada tahun 1997-1998.(Bersambung)

MODERN .Murid-murid Sanggar Putera Purnayudha giat berlatih.

Source : Harian Pasundan Ekspres, Edisi 8-Juni-2009

Selasa, 06 Oktober 2009

LIUKAN GADIS KECIL – PENARI JAIPONG PURWAKARTA


Ditengah serbuan budaya barat yang digandrungi anak muda Purwakarta, ada sebuah sanggar tari jaipong yang terus bertahan melestarikan budaya lokal. Liukan gemulai para penari cilik, suara musik degung yang mendayu, seperti harta karun yang hilang.....


Aneka ragam kesenian, mulai dari tarian, kidung sunda, hingga debus yang kental dengan nuansa mistis merupakan ciri khas dan warisan leluhur budaya sunda. Sebelum adanya pemekaran provinsi, provinsi Banten masuk kedalam wilayah Jawa Barat. Untuk Banten sendiri, sejak dulu di kenal dengan kesenian debusnya, yang memperagakan adegan-adegan yang membuat para penonton mengurut dada.

Untuk Cirebon punya cerita tersendiri. Daerah yang di kenal sebagai penghasil terasi tersebut, ternyata menyimpan segudang kesenian daerah yang juga merupakan warisan leluhur budaya sunda. Salah satunya adalah Sintren. Seni tari yang satu ini boleh di bilang merupakan kolaborasi antara seni tari dan magis.


Gemulainya gerakan para penari sintren bisa membuat para penonton terpesona. Hingga pada fase tertentu si penari akan mengalami hilang kesadaran. Selanjutnya si penari akan di masukan oleh ”Pawangnya” ke dalam suatu kurung dalam keadaan pingsan dan terikat hingga beberapa saat kemudian kurung tersebut di buka kembali, dan si penari sudah sadar serta terlepas dari iketannya. Yang lebih membuat decak kagum, ternyata si penari sudah berganti pakaian.

Beberapa jenis tarian yang cukup populer berasal dari tanah sunda seperti Jaipongan, Ronggeng dan beberapa tarian lainnya cukup membuat Jawa Barat terkenal hingga pelosok tanah air, bahkan sampai ke Mancanegara.

Untuk seni tari jaipongan sendiri, rupanya sudah menjadi ajang suguhan bagi para tamu atau pelancong yang datang ke provinsi Jawa Barat. Selain di suguhi oleh pesona alam ditatar sunda yang cukup membuat mata para pelancong terlena, kesenian jaipong juga dapat menambah nilai “Jual“ Jawa Barat dari segi wisata dan seni.

“Oase” Tanah Purwakarta
Di kabupaten Purwakarta sendiri kesenian tradisional jaipongan nampaknya sudah menjadi semacam jargon yang tetap di pertahankan. Beberapa tempat sanggar tari yang mengajarkan seni jaipongan nampaknya sudah di kenal masyarakat Purwakarta.

Salah satunya sanggar seni Putra Purnayudha yang khusus mengajarkan seni tari jaipong. Dibawah pimpinan : Benny Benyamin dengan seorang pelatih jaipong : Anita Benyamin di sanggar tersebut, ternyata seni jaipong sudah mulai akrab dikalangan gadis-gadis cilik hingga kalangan remaja Purwakarta.


Tidak dipungkiri memang, budaya yang berasal dari luar (Budaya Barat) tetap masih menjadi kultur anak-anak remaja di sini. Namun berkat keuletan dan kegigihan sebagai masyarakat, khususnya yang cinta terhadap budaya sendiri, maka seperti seni tari jaaipong dapat dilestarikan dan di pertahankan, serta di kembangkan menjadi sebuah seni tari yang di kolaborasikan dengan gerakan-gerakan tari modern.

Menurut Anita, ada beberapa gerakan dari jaipong yang di adopsi dari gerakan-gerakan modern dance, kontemporer, juga sedikit tarian-tarian Bali. Menurutnya, inprovisasi tersebut dilakukan untuk mengimbangi perkembangan Zaman, namun tetap juga meninggalkan ciri khas dari seni tari jaipong itu sendiri.

Sanggar tari yang di bentuk sejak tahun 90-an itu ternyata sudah menelurkan beberapa penari jaipong yang handal. Sederet prestasi telah di raih dan menjadikan seni tari jaipong sudah maju ke babak seni tari yang tidak bisa lagi di pandang dengan sebelah mata.

Lebih lanjut Anita menerangkan, salah satu motifasinya untuk mendirikan sanggar tersebut adalah untuk melestarikan seni tari jaipong yang hampir di lupakan oleh kalangan remaja. ”Berdua dengan suami,maka saya mencoba untuk melestarikan budaya sunda ini untuk menjadi lebih populer,”ucapnya.
Liukan dan hentakan tubuh gadis-gadis cilik nampak sangat menjiwai gerakan-gerakan dari jaipong. Beberapa diantara mereka sepertinya sudah sangat piawai dalam menarikan tarian itu. Apalagi saat Rampak Sekar mulai dimainkan. Beberapa penari cilik nampak sangat kompak dalam gerakan- gerakan yang bagi pemula nampaknya sangat sulit untuk dilakukan.

“Salah satu metode pengajaran yang saya lakukan terhadap murid-murid saya adalah disiplin, karena tanpak adanya disiplin kita tidak mungkin dapat mencapai sesuatu yang di inginkan,” tutur Anota sambil memperhatikan beberapa gerakan murid-murid nya yang sedang berlatih.

Adinda, salah seorang murid di sanggar tersebut yang masih duduk di bangku SD kelas 3, terlihat begitu antusias mengikuti arahan dari Anita. Sesekali gadis cilik tersebut menyeka keringatnya yang menetes dari dahinya.”Aku ingin jadi penari jaipong yang terkenal dan bisa masuk TV,” Jawab Adinda ketika Ray max menanyakan alasan ikut belajar tari jaipongan.

Anita dengan sanggar tarinya adalah sebuah potret tentang orang yang masih peduli pada kelestariaan tari tradisional warisan budaya nenek moyang ditengah gempuran budaya Barat yang terus mengepung Purwakarta.*( Soni)

Source : Majalah RayMax Edisi Februari 2009


Sabtu, 03 Oktober 2009

PENGHARGAAN & PRESTASI

Saya merasa bangga dengan hasil yang dicapai oleh anak didik saya, banyak penghargaan yang telah kami capai dalam bidang seni tari Jaipongan. Penghargaan baik tingkat kabupaten mapun tingkat propinsi. Dan saya juga mendapat acungan jempol dari H. Nano. S (pencipta & musisi lagu sunda ) di mana sanggar Putra Purna Yudha yang berada didaerah dapat mencetak penari yang profesional dan tanggal 15 Agustus mendatang, saya menjadi salah satu dari 9 koreografer Tari Jaipongan se Jawa Barat yang akan mementaskan Tari Maung Lugay di Taman Budaya Dago Tea Haouse – Bandung yang rencananya akan dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat.

Beberapa prestasi yang sanggar peroleh :
• Juara I, II, III.
Pasanggiri Jaipongan Se – Kabupaten Purwakarta Tahun 2004
• Juara I Kategori A, B, C
Pasanggiri Jaipongan Purwakarta Fair 2005
• Juara I Kategori A, B, C
Pasanggiri Jaipongan JABAR Terbuka 1 2005
• Juara Kategori A
Pasanggiri Jaipongan “ Ki Sunda Tandang Makalangan” 2006
• Juara 1 Kategori A, B, C
Juara 1, II Kategori Rampak
Pasanggiri Jaipongan Purwakarta Terbuka 2006
• Juara I Kategori A dan C
Juara I, II Kategori Rampak
Pasanggiri Jaipongan JABAR Terbuka III 2006
• Juara I Kategori A dan C
Pasanggiri Jaipongan TK, SMP, SMA, se-JABAR 2006
• Juara Umum
Pemilihan Mojang Jaipong Tahun 2007
Juara I, II dan Harapan I Kategori A
Juara II dan Harapan I Kategori B
Juara I, II Harapan I dan Harapan II Kategori C
Juara I Rampak Umum
Juara Mojang Jaipong
• Juara I Kategori B, D dan Rampak
Juara II Kategori A
Pasanggiri Jaipong Antar Pelajar dan Mahasiswa tingkat Jabar 2007 yang dislenggarakan oleh Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung
• Juara I Kategori B
Juara II Kategori A dan Rampak
Juara III Kategori A dan B
Pasanggiri Jaipong JABAR Terbuka V 2008
• Juara I Kategori Rampak Umum
Juara II Kategori Rampak SD
Juara III Kategori Tunggal kelas 4-6 SD
Pasanggiri Jaipong Antar Pelajar dan Mahasiswa tingkat Jabar 2008 yang diselenggarakan oleh Yaysan Pusat Kebudayaan Bandung
• Juara III Kategori Tunggal Umum
Pasanggiri Jaipong Antar Pelajar se- Kabupaten Karawang tahun 2008
• Juaraa I
The Best performance
The Best Costum
Lomba Tari Kreasi Daerah di Tamini square Jakarta 2009
• Juara I Kategori Rampak SD
Juara III Kategori Rampak SMP
Pasanggiri Jaipong yang diadakan oleh SPH 2009
• Juara I Kategori SD
Juara I Kategori SMP
Lomba Tari Kreasi Daerah di Tmaini square Jakarta 26 Maret 2009

PEMENTASAN

Kami sering diundang untuk tampil di berbagi acara, baik oleh instansi pemerintah (PEMDA) atau oleh perusahaan dan individu yang menjadi kebanggaan saya, kami ikut berpartisipasi/ perform dalam acara gelar senja 17 Agustus 2007 di Gasibu menampilakan Tari Topeng Rehe yang di ikuti oleh 20 penari gabungan Bandung dan Purwakarta. Hari anak 2007 dengan Kak Seto di Pendopo Kab Purwakarta, Nge-Date bareng Cepot di TPI bersama Ki Dalang Asep Sunandar Sunarya, Duta Seni Pelajar Se Jawa-Bali oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jabar di TIM-Jakarta mewakili Kab. Purwakarta di anjungan Jawa Barat- Jakarta dan Taman Budaya Dago Tea House- Bandung, dan banyak lagi diantaranya :

• Acara Serah Jabatan Komandan KODIM 0619 Purwakarta Tahun 2006 dan 2009
• Menyambut Tamu Kabupaten Bungo Jambi Tahun 2006
• Memeriahkan Acara “Nasi Tumpeng Spectakuler” 2006
• Memeriahkan Acara Halal Bihalal masyarakat Sumbar Purwakarta - 2006
• Memeriahkan Acara Seminar Guru Kesenian TK, SD se- Kabepatn Purwakarta Tahun 2006
• Memeriahkan Acara “Kaul Samen Barudak Sakola” Plered - 2006
• Mengisi Acara Hari Anak (200-2007)
• Memeriahkan Acara “Gerak Sada Kawinayan”
• Apresiasi & Evaluasi Seni Tari Jaipong Tahun 2005 dan 2007
• Mengisi Acara “Anak Indonesia Gemar Makan Ikan” bersama ibu Dani Setiawan Tahun 2007
• Peresmian Pameran Buku “ Purwakarta Book Fair” - 2007
• Mengisi Acara Semarak Tari Ditatar Sunda Tahun 2007
• Mengisi Acara Pisah Sambut Bupati dan Wakil Bupati Purwakarta Tahun 2008- 2013
• Mengisi Acara Pisah Sambut Kejaksaan Tinggi Negeri Kabupaten Purwakarta Tahun 2008
• Mengisi Acara Pagelaran Sumarsana Bentang 1 di Taman Mini Indonesia Indah 30 November 2008
• Mengisi Acara Pagelaran Sumarsana Bentang 2 di Teater terbuka Taman Budaya Bandung 13 Desember 2008
• Mengisi Acara Pisah Sambut Kapolres Purwakarta Tahun 2009
• Mengisi Acara Pembukaan SPOFA PT. Indorama Synthetics, Tbk. Purwakarta - 2009

JAIPONG BUKAN TARIAN EROTIS

Tari tidak lepas dari goyang, apapun bentuk tarian dari manapun tarian berasal Seperti Tarian Blantek dari Betawi, Yapong dari Jawa, Jaipongan dari Jawa Barat, semua pasti ada unsur goyang karena tarian akan terlihat semakin indah, bayangkan apabila tidak ada goyang, menari akan terlihat kaku.
Tari Jaipong sekarang merupakan Tari Jaipong modern, kaena tari jaipong saat ini gerakannya sudah mendapat sentuhan break dance modern, Bali, Kontemporer dan banyak lagi unsur unsur lainnya yang disisipkan supaya tarian tidak membosankan. Costum Jaipong jauh dari kesan seronok, jorok, porno, karena kita memakai kebaya yang di tutupi oleh apok dan rok nya pun panjang dan lebar tertutup kalaupun penari diharuskan duduk, berputar, loncat tetap akan tertutu karena rok / celana yang lebar.

Di daerah seperti Karawang, Subang ada yang namanya Bajidoran, seperti Jaipong hanya saja penari disana tidak di haruskan menari bagus dengan koreografi yang indah gerakan yang jelas antara halus dan galak (gagah) tetapi penari disana hanya bermodalkan goyang, mereka menari tidak berpola menari. Mereka menari sekehendaknya dengan iringan musik yang datar disertai saweran dari penonton, itu yang membedakan antar tari jaipongan pola Bajidoran, sama seperti dangdut ada dangdut yang indah, gerakan penari yang sopan baju yang indah sopan juga menjadikan penontonnya dibuai karena lagu yang merdu. Tapi ada juga dangdut yang penyanyinya menari dengan gerakan – gerakan yang menggoda syahwat. Pakaian / costum yang serba mini yang membuat penonton dibuai oleh pikiran kotor, semua itu kembali lagi kepada masing – masing pribadi akan dibawa kemana pikiranya. Tapi saya di sini berusaha menanamkan kepada generasi muda sekarang bahwa jangan merasa malu dengan kesenian tradisional sunda yaitu Jaipongan karena jaipongan sekarang berbeda

KOSTUM

Menari tidak lepas dari Costum & Accessories. Setiap tahunnya saya harus membuat lebih dari 25 set baju tari, sebab tarian mempunyai karakter yang berbeda. Costum kami buat sendiri di bantu oleh tetangga menjahit pakaian, membuat umbul-umbul dan memayet dilakukan oleh ibu-ibu tetangga saya dan menjadikan income untuk dapur mereka.
 
Copyright@2009 - Design By : Uje Computer.