Selasa, 17 November 2009

MENYEBAR SEMERBAK HARUM PURWAKARTA

Ratusan piala yang berjejer rpaih di lemari sekretariat menjadi bukti bisu tentang prestasi sanggar seni putra purnayudha. “ini hanya sebagian kecil, lebih banyak lagi yang dibawa pulang masing-masing siswa yang menjadi juara.” kata Anita Benyamin, sang ketua sanggar tari.
Piala-piala tersebut diperoleh bukan hanya dari kompetisi tingkat lokal, juga dari event nasional. Umumnya dari kejuara tari jaipongan, sebuah tari kebanggaan masyarakat jawa barat. Sanggar ini memang menitik beratkan pad pelestraian sekaligus pengembangan tari jaipongan. Didirikan 20 tahun silam, sanggar ,asih terus eksis tak tergerus zaman, bahkan semakin dilimpahi peminat dari kalangan generasi muda.
“didirikan almarhum ayang saya, M. Sumarna. Yang memberi nama sanggar adalah Dandim Purwakarta saat itu, “Kata Anita mengkilas balik perjalanan waktu. Saat didirikan. Anita masih duduk dibangku sekolah dasar kelas 5. biasa dilibatkan sang ayah, Anita yang juga penari profesional ini tertarik untuk melanjutkan menjadi motor sanggar.
Kedua orang yang disebut Anita, selayaknya bangga jika sempat menyaksikan perkembangan sanggar tersebut. Misi mereka menyebar harum semerbak Kota Purwakarta lewat seni tradisional tercapai sudah.
Perjalanan menuju sebuah prestasi tentu saja memerlukan proses dan waktu tidak sedikit. Kiprah sanggar ini semakin mantap tahun 2004, ketika Anita memutuskan total mengurus sanggar peninggalan ayah ini. Puncak prestasi diperoleh pada tahun 2007 & 2008, saat secara berturut-turut sanggar seni putra purnayudha berhasil meraih juara pertama dalam kejuaran tari jaipongan se Jawa Barat di Bandung, yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.
“Terus terang, saya bangga dengan prestasi itu. Itu adalah ajang bergengsi untuk jenis tari jaipong, “katanya penuh haru. Ia menyebutkan keberhasilan itu berkat keseriusan semua pihak, baik pengurus dan anak didiknya. “tanpa keseriusan & konsistensi anak didik tak mungkin prestasi ini terapai,”katanya, ia menyebut contoh 2 anak didiknya, Dian & Astri, yang berlatih tanpa jemu selama 5 tahun belakangan ini.
Menurut dia, seberbakat apaun anak didik, tak akan bisa berprestasi jika mengabaikan porsi latihan. Namun, bakat bisa menjadi modal yang amat besar dalam meniti karier bagi seorang penari, jika yang bersangkutan memadukannya dengan keseriusan berlatih. Bakat & keseriusan juga yang menjadi penentu seberapa cepat seorang penari bisa menguasai gerakannya. “ada yang bisa menguasai hanya 3 bulan, ada pula yang sampai setahun untuk sebuah tarian yang sama,” katanya.
Saat ini anggota sanggar hanya 15 orang terdiri dari siswa yang berusia 7 tahun hingga remaja ada. Mereka memang datang & pergi, datang dalam keadaan kosong & pergi setelah ilmu terisi. Jika ditotal dengan alumni yang sudah “jadi”, tak terhitung jumlah lulusan sanggar ini.
Yang membuat haru biru Anita belakangan ini adalah kenyataan bahwa tari jaipongan semakin diterima oleh “kalangan atas”. “Jaipongan kini bisa masuk kampus,” katanya. Sanggar pimpinan nya ini memang sering kebanjiran mahasiswa yang ingin belajar tari.
Salah seorang peminat dari kalangan perguruan tinggi adalah Vera (20), mahasiswa UPI Purwakarta. Ditemui di sanggar sabtu (7/11) ia mengaku bangga berlatih jaipongan. “jaipongan sekarang tidak monoton. Pada jaipongan kini dibolehkan berkreasi asal tidak norak.” katanya

Source : Harian Pikiran Rakyat, Edisi 9 Nov 2009
 
Copyright@2009 - Design By : Uje Computer.