Selasa, 06 Oktober 2009

LIUKAN GADIS KECIL – PENARI JAIPONG PURWAKARTA


Ditengah serbuan budaya barat yang digandrungi anak muda Purwakarta, ada sebuah sanggar tari jaipong yang terus bertahan melestarikan budaya lokal. Liukan gemulai para penari cilik, suara musik degung yang mendayu, seperti harta karun yang hilang.....


Aneka ragam kesenian, mulai dari tarian, kidung sunda, hingga debus yang kental dengan nuansa mistis merupakan ciri khas dan warisan leluhur budaya sunda. Sebelum adanya pemekaran provinsi, provinsi Banten masuk kedalam wilayah Jawa Barat. Untuk Banten sendiri, sejak dulu di kenal dengan kesenian debusnya, yang memperagakan adegan-adegan yang membuat para penonton mengurut dada.

Untuk Cirebon punya cerita tersendiri. Daerah yang di kenal sebagai penghasil terasi tersebut, ternyata menyimpan segudang kesenian daerah yang juga merupakan warisan leluhur budaya sunda. Salah satunya adalah Sintren. Seni tari yang satu ini boleh di bilang merupakan kolaborasi antara seni tari dan magis.


Gemulainya gerakan para penari sintren bisa membuat para penonton terpesona. Hingga pada fase tertentu si penari akan mengalami hilang kesadaran. Selanjutnya si penari akan di masukan oleh ”Pawangnya” ke dalam suatu kurung dalam keadaan pingsan dan terikat hingga beberapa saat kemudian kurung tersebut di buka kembali, dan si penari sudah sadar serta terlepas dari iketannya. Yang lebih membuat decak kagum, ternyata si penari sudah berganti pakaian.

Beberapa jenis tarian yang cukup populer berasal dari tanah sunda seperti Jaipongan, Ronggeng dan beberapa tarian lainnya cukup membuat Jawa Barat terkenal hingga pelosok tanah air, bahkan sampai ke Mancanegara.

Untuk seni tari jaipongan sendiri, rupanya sudah menjadi ajang suguhan bagi para tamu atau pelancong yang datang ke provinsi Jawa Barat. Selain di suguhi oleh pesona alam ditatar sunda yang cukup membuat mata para pelancong terlena, kesenian jaipong juga dapat menambah nilai “Jual“ Jawa Barat dari segi wisata dan seni.

“Oase” Tanah Purwakarta
Di kabupaten Purwakarta sendiri kesenian tradisional jaipongan nampaknya sudah menjadi semacam jargon yang tetap di pertahankan. Beberapa tempat sanggar tari yang mengajarkan seni jaipongan nampaknya sudah di kenal masyarakat Purwakarta.

Salah satunya sanggar seni Putra Purnayudha yang khusus mengajarkan seni tari jaipong. Dibawah pimpinan : Benny Benyamin dengan seorang pelatih jaipong : Anita Benyamin di sanggar tersebut, ternyata seni jaipong sudah mulai akrab dikalangan gadis-gadis cilik hingga kalangan remaja Purwakarta.


Tidak dipungkiri memang, budaya yang berasal dari luar (Budaya Barat) tetap masih menjadi kultur anak-anak remaja di sini. Namun berkat keuletan dan kegigihan sebagai masyarakat, khususnya yang cinta terhadap budaya sendiri, maka seperti seni tari jaaipong dapat dilestarikan dan di pertahankan, serta di kembangkan menjadi sebuah seni tari yang di kolaborasikan dengan gerakan-gerakan tari modern.

Menurut Anita, ada beberapa gerakan dari jaipong yang di adopsi dari gerakan-gerakan modern dance, kontemporer, juga sedikit tarian-tarian Bali. Menurutnya, inprovisasi tersebut dilakukan untuk mengimbangi perkembangan Zaman, namun tetap juga meninggalkan ciri khas dari seni tari jaipong itu sendiri.

Sanggar tari yang di bentuk sejak tahun 90-an itu ternyata sudah menelurkan beberapa penari jaipong yang handal. Sederet prestasi telah di raih dan menjadikan seni tari jaipong sudah maju ke babak seni tari yang tidak bisa lagi di pandang dengan sebelah mata.

Lebih lanjut Anita menerangkan, salah satu motifasinya untuk mendirikan sanggar tersebut adalah untuk melestarikan seni tari jaipong yang hampir di lupakan oleh kalangan remaja. ”Berdua dengan suami,maka saya mencoba untuk melestarikan budaya sunda ini untuk menjadi lebih populer,”ucapnya.
Liukan dan hentakan tubuh gadis-gadis cilik nampak sangat menjiwai gerakan-gerakan dari jaipong. Beberapa diantara mereka sepertinya sudah sangat piawai dalam menarikan tarian itu. Apalagi saat Rampak Sekar mulai dimainkan. Beberapa penari cilik nampak sangat kompak dalam gerakan- gerakan yang bagi pemula nampaknya sangat sulit untuk dilakukan.

“Salah satu metode pengajaran yang saya lakukan terhadap murid-murid saya adalah disiplin, karena tanpak adanya disiplin kita tidak mungkin dapat mencapai sesuatu yang di inginkan,” tutur Anota sambil memperhatikan beberapa gerakan murid-murid nya yang sedang berlatih.

Adinda, salah seorang murid di sanggar tersebut yang masih duduk di bangku SD kelas 3, terlihat begitu antusias mengikuti arahan dari Anita. Sesekali gadis cilik tersebut menyeka keringatnya yang menetes dari dahinya.”Aku ingin jadi penari jaipong yang terkenal dan bisa masuk TV,” Jawab Adinda ketika Ray max menanyakan alasan ikut belajar tari jaipongan.

Anita dengan sanggar tarinya adalah sebuah potret tentang orang yang masih peduli pada kelestariaan tari tradisional warisan budaya nenek moyang ditengah gempuran budaya Barat yang terus mengepung Purwakarta.*( Soni)

Source : Majalah RayMax Edisi Februari 2009


Tidak ada komentar:

 
Copyright@2009 - Design By : Uje Computer.