Kamis, 08 Oktober 2009

Utamakan Sistem Pewarisan

Ketiaadaan Penerus, Kesenian Tradisional Bisa Punah

BANDUNG, KOMPAS – Pelaku tari jaipong harus segera memerhatikan sistem pewarisan sejak dini. Alasannya, pelaku beberapa kesenian tradisional Jawa Barat kesulitan mempertahankan keberadaan kesenian tersebut karena kurang memerhatikan sistem pewarisan.

“Banyak pelaku beragam kesenian tradisional yang mempromosikan karya-karya nya ke berbagai acara dalam dan luar negeri. Namun ironisnya mereka mengesampingkan pewarisan karya nya,” Kata sesepuh tari tradisional Jabar, Mas Nanu Muds, di Bandung akhir pekan lalu.
Mas Nanu mengatakan, banyak pelaku kesenian tradisional tersebut karena kurang memerhatikan sistem pewarisan. Akibatnya, jumlah penerus karya yang berkualitas di kesenian tertentu sangat minim ketika pelaku yang lama tidak aktif lagi. Hal ini sangat berbahaya dan memprihatinkan. Sebab, bila tidak ada yang melanjutkan, kesenian itu akan punah.
Ia mencontohkan topeng Cirebon dan indramayu. Nama besar topeng Cirebon dan Indramayu, perlahan surut sepeninggal maestronya Sujana Arja dan Mimi rasinah. Selain itu, ada tari keurses yang ditinggalkan penciptanya Sambas Wirakusuma.
“Para pelaku tari jaipong hendaknya berpatokan pada teori seni super organik. Bila seorang pelakunya hilang, karya kesenian tetap ada karena banyak pewarisnya,”ujar Mas Nanu.
Menurut sastrawan dan penata musik tradisional sunda, Nano S, pewarisan adalah hal utama dalam keberadaan suatu kesenian. Tanpa pewarisan, karya terbaik apapun tidak akan langgeng dan di nikmati banyak orang. Karena itu, pelaku kesenian harus memperhatikan hal ini sebagai bagian identitas daerah sejak dini.
“Caranya, bisa melakukan pertunjukan atau festival. pelakunya harus siap di kritik agar bisa mendapatkan hasil terbaik,” kata Nano


Adakan Lomba
Ketua Komunitas Peduli Jaipongan Jabar (KPPJB) Gondo Gandamanah sependapat. Menurut dia, pewarisan yang benar bisa mengembangkan beragam bentuk hal baru. Hal ini di latar belakangi sejarah dan latar belakang masyarakat yang selalu dinamis.
KPPJB menyadari hal ini dan telah mewujudkan dalam acara Tandang adu kreasi Ibing Jaipong Jawa Barat di Taman Budaya Jabar, 6-8 Agustus. Acara ini di ikuti 220 peserta dari berbagai daerah di Jabar, seperti kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, dan Kabupaten Purwakarta.
“Kami sengaja memasukan Cantrik atau usia kurang dari lima tahun sebagai salah satu kelas yang di lombakan. Selama ini kelas cantrik jarang di lombakan karena di anggap tidak esensial. Padahal, dari kelas inilah waktu yang tepat memupuk bakat seorang penari,” kata Gondo.
Di kelas cantrik, Lintang Buana dari Sanggar Suryamedal kabupaten Bandung barat menjadi yang terbaik. Prestasi serupa kembali direbut Sanggar Suryamedal lewat Ratus di kelas Pemula.
Untuk kelas Madya, Nadia dari Sanggar Sekarpanggung Bandung, meraih yang terbaik. Di kelas utama, Kalangkangmuning Bandung menempatkan Resna Herdianti. Di kelas tunggal Putra, Rangga ari Sanggar Fitria Cimahi berhasil menyabet juara pertama.
Pada kelas Rampak Anak, Purwasetra dari Padepokan Putra Purnayudha Purwakarta menjadi yang terbaik. Gondo Art Production Bogor berhasil meramaikan persaingan setelah menyabet juara di kelas pasangan dan rampak remaja. (CHE)


Melestarikan tari jaipong antara lain dapat dilakukan dengan menggelar Tandang Adu Kreasi Ibing Jaipong Jawa Barat yang diadakan di Teater tertutup Taman Budaya Jabar, Bandung,Sabtu (8/8). Acara yahg di ikuti anak-anak dan orang dewasa ini di harapkan dapat mewujudkan masyarakat yang apresiatif terhadap seni jaipong.

Source : Harian Kompas, Edisi 10-Agustus-2009

1 komentar:

Mengatasi Saluran cuci piring yang mampet mengatakan...

di blog ini banyak info info
yang sangat bagus
terimakasih gan

 
Copyright@2009 - Design By : Uje Computer.